Kecerdasan intelektual adalah kemampuan
intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk
menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang
kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit,
semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada
saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima ,
menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat
lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut
“berfikir. Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan atau
khazanah otak manusia.
Sayyed Hossein Nasr menyebut akal sebagai proyeksi atau cermin dari
hati (qalb), tempat keyakinan dan kepercayaan manusia. Ibnu Sina dan
Alkindi maupun hierarki ilmu dari Al-Farabi dalam Teori Akal Aktif-nya
menjelaskan bahwa dalam diri manusia, akal bersifat potent yang
kemudian mewujud dalam bentuk jiwa (spirit).
Intelijensi berasal dari bahasa Latin intellegere verba; peralasan bahwa, “pemahaman” (intelijen) berbeda dari yang “pintar” (mampu beradaptasi dengan lingkungan).
Dalam kehidupan sehari-hari orang sering
menyamakan istilah antara kecerdasan intelektual dengan intelligence
quotient ( IQ ) padahal keduanya berbeda. IQ sebenarnya angka relatif
untuk menunjukkan tingkat kecerdasan intelektual hasil dari penggunaan
otak manusia.
Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar
tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas
seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia
saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada saat itu, IQ lah yang
menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan masuk ke militer.
Kecerdasan ini terletak di otak bagian
Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang
memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan
memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan
oleh para pakar psikologis dengan “What I Think“.
Sebagai contoh anak usia enam tahun tapi
dia sudah bisa mengerjakan matematika tingkat sma kelas 3. Berarti IQ
anak ini adalah ( 18/6 ) x 100 = 300. Dengan kata lain tingkat
kecerdasan intelektualnya di atas rata-rata. Kebalikannya jika usia
kalendernya dua belas tahun tapi usia mentalnya baru 6 tahun berarti IQ
nya ( 6/12 ) x 100 = 50. Artinya tingkat kecerdasan intelektual anak
ini dibawah rata-rata.
No comments:
Post a Comment