Pertama, potensi manusia itu tak terbatas. Potensi
di sini makudnya adalah berbagai kapasitas di dalam diri kita yang masih
berbentuk bahan baku. Karena
itu, kata Prof. Howard Gardner, istilah-istilah yang ia kemukakan dalam
teorinya tentang kecerdasan itu bukanlah domain bawaan yang sudah baku
dan begitu adanya, melainkan sebuah “new construct”. Artinya,
orang akan memiliki kecerdasan Intrapersonal apabila potensi yang
dikembangan selama ini lebih banyak mengarah pada terbentuknya
kecerdasan ini. Kecerdasan Intrapersonal yang ia miliki adalah bentukan
baru (new construct) dari diri orang itu.
Kedua, kemampuan dasar manusia itu punya sifat
fleksibel, dalam arti bisa diterapkan ke berbagai pekerjaan atau profesi
apapun. Dari penjelasan para ahli dapat kita simpulkan bahwa yang
mereka katakan tentang bakat, kecerdasan, kepribadian, dan lain-lain,
itu sebagian besarnya tidak terkait dengan pekerjaan, profesi atau
sebutan tertentu, melainkan lebih terkait dengan peranan yang bisa kita
lakukan.
Mengacu pada pendapat ini berarti di semua pekerjaan atau profesi
atau jabatan yang ditugaskan ke kita, pada dasarnya masih tetap ada
peranan-peranan tertentu yang match dengan bakat, kecerdasan,
atau kepribadian kita. Salah seorang kenalan saya tidak bisa
berartikulasi secara verbal layaknya seorang network builder yang kita bayangkan. Tetapi prakteknya tidak begitu.
Ketiga, Acuan untuk mengembangkan-diri. Pada
prakteknya memang yang akan terjadi adalah, ada peranan tertentu yang
kita mainkan dengan bagus dan ada yang kurang atau belum bagus. Yang
pertama kita sebut keunggulan dan yang kedua kita sebut kelemahan. Ini
perlu kita akui secara fair. Memang tidak ada manusia yang sempurna di
segala bidang.
Nah, teori-teori yang sudah diungkap para ahli dengan susah payah itu
akan lebih bagus kalau kita jadikan acuan untuk mengembangkan diri
berdasarkan perkembangan keadaan kita. Misalnya untuk keperluan
melanjutkan kuliah, melakukan otodidak keahlian, dan lain-lain.
Keempat, skala kompetensi. Ada skala kompetensi
tertentu yang sering kita asumsikan sebagai bakat bawaan atau kecerdasan
bawaan, padahal itu bukan. Contoh yang paling tepat di sini adalah entrepreneurship (kewirausahaan). Banyak yang mengasumsikan dirinya berbakat untuk menjadi pengusaha atau sebaliknya.
Padahal kalau kita lihat di teorinya dan di prakteknya, entrepreneurship
itu skala kompetensi yang paling tinggi. Siapapun bisa menjadi
entrepreneur asalkan yang bersangkutan mengasah sifat, skill, atau
kebiasaan-kebiasaan yang dibutuhkan untuk menjadi entrepreneur.
Ini misalnya saja kemampuan mengkalkulasi peluang dan ancaman,
keuntungan dan kerugian, efektivitas dan efisiensi, pendelegasian,
menciptakan gagasan yang layak jual, dan seterusnya. Soal bidangnya
apa, cara kerjanya bagaimana, tekniknya seperti apa, ini soal lain.
Kelima, jangan menyimpulkan diri sendiri dengan batasan-batasan yang makin membatasi (fixed ability).
Ini yang disarankan oleh seorang pakar Psikologi dari Yale University,
Stenberg. Kemampuan yang kita miliki itu pada dasarnya, menurut dia,
adalah developing ability. Berkembang di sini maksudnya adalah terus meningkat atau terus meluas berdasarkan usaha-usaha yang kita lakukan.
Sumber : ekosmax.wordpress.com
No comments:
Post a Comment